Israel-Palestina – Konflik berkepanjangan antara Israel Defence Forces (IDF) dan kelompok militan Hamas telah mencapai lebih dari satu bulan, menewaskan banyak warga Palestina dan memicu reaksi keras dari komunitas internasional. Kondisi ini memunculkan tudingan serius terhadap Israel, dengan isu genosida yang semakin menguat.
Sejak dimulainya konflik pada 7 Oktober, tak terhitung nyawa yang melayang, terutama di pihak warga Palestina. Dunia internasional, termasuk warga Indonesia, menyampaikan kecaman terhadap tindakan keras IDF, menggambarkannya sebagai pelanggaran hak asasi manusia.
Pada saat yang sama, aksi solidaritas dari netizen Indonesia muncul di media sosial, terutama Twitter. Akun dengan nama @Greschinov secara rutin mengunggah postingan yang mengkritik dan menyerang tentara Israel. Fenomena ini mencapai puncaknya ketika sejumlah akun media sosial milik tentara IDF menjadi sasaran serangan online, dengan komentar pedas hingga direct message (DM) di akun Instagram mereka.
✨Kembali dalam edisi IDF kena mental.✨
Berawal dari nantangin netijen Indo, kena rujak, sampe tutup akun. 😂 pic.twitter.com/PwCZ4S3khh— Erlangga Greschinov (@Greschinov) November 21, 2023
Source : twitter.com/Greschinov
Salah satu akun yang menjadi korban adalah @pilimeny, yang sebelumnya aktif memberikan klarifikasi bahwa dirinya tidak pernah membawa senjata atau melukai warga sipil Palestina. Klarifikasi ini diberikan sebagai respons terhadap tudingan pembunuhan dan serangan netizen Indonesia. Meskipun awalnya merespons dengan santai, akun tersebut akhirnya memutuskan untuk membatasi komentar dan akhirnya menutup akun Instagramnya.
Akibat tekanan online ini, netizen Indonesia merayakan “kemenangan” atas “mental” tentara Israel yang akhirnya menutup akunnya. Diskusi di antara netizen mencerminkan kekuatan dan kekompakan komunitas daring Indonesia dalam menyuarakan ketidakpuasan terhadap tindakan IDF.
Meskipun perlu diingat bahwa konflik ini melibatkan banyak faktor kompleks dan kontroversial, reaksi netizen Indonesia menunjukkan kekhawatiran dan keprihatinan yang mendalam terhadap keadaan di Timur Tengah. Fenomena ini juga membuka diskusi tentang dampak kekuatan netizen dalam memberikan tekanan dan mendesak tanggapan dari pihak-pihak terkait.
Beberapa netizen menunjukkan kebanggaan atas peran komunitas online dalam “mengalahkan” akun tentara Israel, sementara yang lain menyerukan tindakan lebih lanjut, seperti mengarahkan perhatian pada tokoh-tokoh pemerintah Israel, termasuk akun milik perdana menteri.
Namun, dalam merespons peristiwa ini, penting untuk diingat bahwa penyelesaian konflik Israel-Palestina memerlukan pendekatan yang lebih luas dan tidak dapat sepenuhnya diwakili oleh respons individual di media sosial. Sebuah solusi yang berkelanjutan dan adil memerlukan partisipasi dan diplomasi dari berbagai pihak, termasuk komunitas internasional dan negara-negara terkait.
Dengan terus berkembangnya situasi di Timur Tengah, netizen Indonesia dan komunitas internasional secara keseluruhan diingatkan untuk mempertimbangkan kerumitan dan dampak jangka panjang dari tindakan dan respons mereka.