SUASANA haru dan pilu mewarnai Jalur Gaza, Palestina. Pasalnya, serangan demi serangan yang dilakukan tentara Israel telah menewaskan puluhan warga sipil tak berdosa, termasuk anak-anak. Setidaknya 30 anak Palestina telah gugur dalam konflik yang sudah berlangsung hampir seminggu ini.
Tangisan pilu terdengar dari Sudut-sudut Jalur Gaza. Anak-anak yang kehilangan orangtua, saudara, dan rumah satu-satunya hanya bisa menangis tersedu-sedu. Mereka bingung dengan situasi yang terjadi. Yang mereka tahu hanyalah berlari mencari tempat berlindung dari bom-bom Israel.
“Saya sedih…tidak punya ibu, tidak punya rumah,” ujar Salem, bocah 8 tahun sambil terisak. Kedua orangtuanya tewas ditimpa reruntuhan bangunan akibat serangan udara Israel di kawasan kepadatan penduduk tinggi.
Senada dengan Salem, Muhammad, 5 tahun, juga kehilangan seluruh anggota keluarganya. Ia kini hidup sebatang kara dan tinggal di penampungan pengungsi. “Saya mau pulang…tapi saya tidak punya rumah lagi,” tuturnya lirih.
Melihat penderitaan anak-anak Palestina sungguh menyayat hati. Mereka adalah korban dan tidak tahu apa-apa soal konflik yang terjadi. Tangisan mereka menggugah hati nurani dunia agar segera menghentikan aksi militer Israel di Jalur Gaza.
Anak-anak tak berdosa ini butuh perdamaian. Mereka butuh kasih sayang, bukan bom-bom maut. Sudah saatnya konflik berkepanjangan Palestina-Israel berakhir demi masa depan anak-anak Gaza.