Kesaksian Traumatis Warga Palestina, Seorang warga Palestina bernama Ahmad memaparkan pengalaman traumatis saat ditahan oleh tentara Israel di wilayah Tepi Barat. Ia mengalami penyiksaan fisik selama berhari-hari.
Saat ditangkap di rumahnya sendiri, Ahmad langsung diikat tangan dan dibawa ke sebuah fasilitas di daerah terdekat. Ia dipukuli di hampir seluruh tubuhnya menggunakan popor senjata dan alat lainnya.
“Mereka memukuliku dengan sangat keras. Terutama di punggung, tungkai, dan telapak kaki,” kata Ahmad kepada awak media, Selasa (19/12).
Ahmad bahkan disiksa dengan disengat listrik di beberapa bagian tubuh sensitif seperti puting susu dan kemaluannya. Ia mengaku, rasa sakit akibat sengatan listrik itu sangat luar biasa.
“Mereka menginjak perutku dengan keras setelah menyengat bagian sensitif tubuhku. Aku sampai muntah,” tambahnya.
Dalam kondisi lebam di sekujur tubuh, Ahmad kemudian dipenjara di lima fasilitas berbeda selama 34 hari. Ia sama sekali tidak diijinkan menghubungi atau berbicara dengan keluarga maupun pengacara.
Pengalaman buruk Ahmad bukan kasus tersendiri. Diperkirakan ratusan warga Palestina lainnya juga mengalami hal serupa setiap tahun, bahkan yang lebih parah. Namun kebanyakan takut untuk bersaksi lantaran menghadapi intimidasi berlapis dari militer Israel.
Grup hak asasi manusia internasional, Amnesty International, juga telah mendokumentasikan banyak kasus serupa terhadap warga Palestina. Mereka mendesak Israel untuk menghentikan segala bentuk penyiksaan dan perlakuan buruk terhadap tahanan.
“Pengalaman Ahmad dan ratusan korban Palestina lainnya, menggambarkan sistem yang kejam dan ilegal. Israel seolah memiliki lisensi untuk menyiksa sesuka hati,” ujar Moira Dustin, Wakil Direktur Amnesty International Inggris.
Israel sendiri membantah tuduhan penyiksaan terhadap warga Palestina. Mereka mengklaim selalu memperlakukan para tahanan sesuai hukum dan peraturan yang berlaku.
Namun laporan terbaru dari Institute for Middle East Understanding (IMEU) menjelaskan bahwa militer Israel kerap memanipulasi aturan guna membenarkan tindakan semena-mena mereka. Misalnya dengan melarang perwakilan legal bagi para tahanan Palestina.
“Mereka ingin para tahanan tetap tak berdaya agar bisa disiksa lebih leluasa. Ini pelanggaran HAM yang sangat serius,” kata Ahmed Tibi, anggota Knesset asal partai Ta’al.
Ahmad sendiri kini sedang dalam pemulihan pasca trauma akibat penyiksaan yang dialaminya. Demikian juga ratusan korban Palestina lainnya. Mereka berharap suatu saat nanti bisa mendapatkan keadilan dan kebenaran atas perlakuan biadab rezim Israel tersebut.